Awal & Akhir: 2013

Make me sad, make me down i have no word to says i just have weeping to out from my eyes i cant extend what my mind now i just can crying when you go from my spirit it make me weak make me unstressed you fall from high position and me too you stay there, but i stride to front then, i back up to see your face again with your silent there, i want to back to your soul, together walk on the belief, on the one heart, on the one laugh but i cant, i try and i try but i cant, i try again but i still cant, i cant back to your hand to your heart because i stand between two feel i'm really-really wicked i hurt you two times i always make you crying forget me and i will to forgetting you too search the heart who can make your self be still not like me. . . But if you cant and i cant too and if this time it will i hope god want to make i and you will be one again and happily at the end. . . 22-10-2010 -aiu-

Biarlah Angin Membawa Pedihku Pergi

Ku berjalan mengikuti pelataran sekolah dengan hati yang gundah, perasaan yang sangat tidak karuan, dengan beban dipikiran yang amatlah berat, nafas yang terasa mendesak, jiwa yang bukan itu aku. Aku kian berjalan, berjalan dan berjalan meskipun bersama-sama tapi ku merasa sendiri. Teman-temanku senantiasa tertawa, mengomentari tiap apa saja yang nampak, tapi aku hanya diam, bagaimana caranya untukku bisa bergabung dalam suasana hati teman-temanku yang riang? Sementara aku?

Ya. . . inilah aku. Cewek berusia 17 tahun yang serasa telah berumur 38 tahun memikirkan kondisi keluarga, kondisi ekonomi, dan kondisi apa saja yang tidak jauh dari uang. Aku telah berusaha semampuku untuk melupakan hal seberat ini, mencoba tertawa, dan menjadi diriku yang biasanya. Karena biasanya aku adalah sosok yang dapat membuat orang tertawa, membuat orang sakit perut jika ku mencoba menjadi seorang yang humoris. Tapi kini? Semuanya terasa semu, 2 minggu belakangan ini, masalah-masalah itu begitu kejam merasuk sukmaku, ekonomi keluargaku sangat terusik, biaya sekolah aku dan adikku, biaya kuliah kakak, biaya kehidupan kami sehari-hari. Yang tentu saja masalah seperti ini jarang bahkan tidak pernah dirasakan teman-teman atau sahabat-sahabatku yang lain.

Hari ini hari senin, biasanya aku bahagia bisa menatap cerahnya matahari, senang merasakan embun pagi yang dingin menyentuh pelupuk mataku, ceria mendengar suara burung-burung, tapi kali ini, aku hanya ingin memikirkan jalan keluar dari semua masalahku. Semenjak hari raya Idul Adha lampau, tante Vivi tidak lagi menitipkan kuenya padaku lagi untuk dijual di sekolah, dan hal ini jelas membuatku merasa kehilangan meski aku hanya mendapatkan 2000-5000 rupiah tiap hari dari tante Vivi sebagai upah, tapi itu cukup bagiku.

Lalu apa lagi yang bisa kuharapkan? Tiada yang mau melonggarkan pekerjaannya buatku, lalu memberiku sedikit dari jerih payahku. Untuk menerima jahitan orang lain? Hal yang sangat tidak mungkin, mesin jahit ibu telah ditarik oleh beberapa orang yang jarang kulihat, apa itu sebabnya? Aku kurang mengerti, dan ibupun enggan untuk memberitahuku. Selanjutnya apalagi yang bisa kuharapkan dari diriku sendiri, kemampuan apa yang bisa dimiliki dan dipunyai seorang gadis SMA selain tenaga? Meskiku mempunyai sedikit ilmu untukku beritahu, tapi pada siapa? Anak-anak SD yang kurang suka pelajaran matematika, itu mungkin, tapi mana ada orang tua yang dapat mempercayai seorang anak SMA yang suka disebut dengan anak-anak puber? Meskipun dapat kukatakan aku bukanlah mereka. . . Kini yang dapat kuhandalkan adalah tenagaku meskipun sebagai pekerja kasar tapi itu jauh lebih baik daripada tidak sama sekali. Namun, untuk mencari pekerjaan seperti itupun kini sangatlah susah, sudah berulang kali ku tanyai teman-teman,

“Ada tidak yang mau menerima tukang cuci atau tukang gosok baju di rumahnya?”

semua menjawab “Tidak”.

Ada juga yang mencoba memberiku harapan

“Bagaimana jika ku tanyai dulu pada tetangga-tetanggaku… mana tau ada, emangnya pekerjaan ini buat siapa?”

Aku ingin menjawab itu aku, tapi aku segan untuk mengungkapkannya,

“Bukan untuk siapa-siapa? Tapi buat seseorang yang membutuhkannya, hehe!” ucapan itulah yang sering ku lontarkan, walau berbohong.

Aku sudah begitu putus asa, aku ingin mengatakan hal ini pada sahabatku, tapi aku tidak sanggup juga menambah beban pikiran mereka. Livi kini punya banyak masalah dengan pacar dan nilai-nilainya, Aira kurasa kini dia terlalu focus pada pelajaran, tidak mungkin ku merasuki pikiran mereka dengan masalah-masalahku yang jauh lebih rumit dari masalah mereka sendiri. Dan jalan satu-satunya adalah diam dan mencari pekerjaan.

Mungkin pikiranku telah berlari-lari entah kemana? Menelusuri pohon, batang, pucuk, dan daunnya, serta akar-akarnya. Dua hari berlalu, ku kembali mencoba mencari lowongan kerja itu, tapi belum ada kepastian yang jelas atas semuanya. Uang sekolah yang sudah beberapa bulan tidak terpenuhi, ditambah dengan uang sekolah adikku yang sejak bulan Agustus belum juga dibayar. Mungin hanya aku yang memikirkan hal ini, dijiwa adikku hanya ada hura-hura, main-main, jalan-jalan, yang segalanya butuh uang, yang entah dari mana itu bisa didapatkan dengan kondisi seperti ini, sementara kak Ditha dia juga sama, meski umurnya 2 tahun diatasku, tapi kurasa dia mesti belajar lagi ke TK atau SD. Kenapa aku bisa berkata demikian? Karena aku kurang suka dengan sikapnya yang semena-mena terhadapku. Padahal dia tau posisinya, tapi dia kurang simpati, tidak pernah peduli. Meskipun ia juga bekerja sambil kuliah dan hasilnya juga lumayan, tapi semuanya digunakan kepada hal yang tidak penting, beli baju, sepatu, tas, layaknya orang kaya, dan kebutuhan kuliah masih saja diminta pada Bapak atau Ibu. Apa tidak ada dia memikirkan aku dan Mitha? Apa tidak ada keinginannya untuk membantuku memikirkan ini semua, yang ada jika ku ajak bicara dia selalu meremehkanku, dan mengajakku bertengkar,

“Pikir aja ndiri! Loe kan pintar! Lagian ini masalah loe kan? Ngapain gua yang mikir, lagian Bapak dan Ibu masih adakan. . .kalau nggak ada itu baru masalah, arghhhh jangan bawa-bawa gua deh! Masalah gua udah banyak, jangan loe perbanyak, ngerti loe ha? Satu lagi. . . jangan sampe gara-gara masalah ini, komisi buat dua dari Bapak biasanya berkurang gara-gara loe dan MItha!”

Dan itulah segelintir dari ucapannya yang masih ku ingat, dan aku capek, frustasi, jika kuulangi sekali lagi untuk ribut dengannya. Sekarang ku ikhlas jika nafasku diambil hari ini biar lepas semuanya dari benak ini.

Tak terasa kini telah hari jum’at, malam ini aku bertanya pada Bapak,

“Pak, ujian semester 1 sebentar lagi, sementara uang sekolah dan uang komite aku dan Mitha belum juga dipenuhi, Bagaimana ini Pak?

“Maaf nak, saat ini Bapak belum punya uang, bagaimana jika kamu mau sabar menunggu, pekerjaan apapun akan Bapak lakukan buat kamu dan adikmu, sabar dulu ya nak! Saat ini Bapakmu belum punya uang, upah sawah dari Pak Andari kemarin telah Bapak berikan untuk kakakmu membeli keperluannya, yang tersisa kini hanya untuk belanja Ibumu besok, sabar dulu ya nak!” jawab Bapak.

Mendengar jawaban Bapak, air mataku telah mengucur deras di pipi, aku tidak sanggup mendengar Bapak berkata iba seperti itu, ucapan Bapak begitu haru. Yang kusesali Kak Ditha telah mendahuluiku meminta uang pada Bapak demi kebutuhannya yang tidak pernah ada.

Keesokan harinya adalah hari sabtu. Aku

“Dila, tolong gua!” pintaku

“Kenapa Vi?” jawab Dila

“Tolong gua La!” pintaku lagi

“Woi tolong Ovi! Tolong Ovi!” teriak Dila memanggilkan teman-teman

“Ovi. . .Ovi. . .kenapa Vi?” begitu suara teman-teman sekelasku

“Gua nggak sanggup, gua bener-bener nggak sanggup, tolong gua!’ sekali lagi aku meminta

Saat itu kakiku benar-benar tidak mau dilangkahkan, tapi teman-teman membopongku bersama-sama ke UKS. Aku benar-benar ingin berteriak, badanku lemas sekali, mungkin saat ini akulah yang paling menderita sedunia. Aku ingin sekali melupakan semua masalahku misalkan dengan tuhan menunjukku sebagai seorang penderita amnesia saat itu juga karena keinginanku tak juga terpenuhi, dan apa yang kuharapkan tak terjadi sedikitpun.

“Ovi. . . loe tenang Vi!” kata teman-teman yang tak kuketahui siapa mereka

“Dingin. . . dingin. . . tolong gua!”

“Ya Vi, tapi loe tenang dulu Vi!”

“Gua kedinginan, Dingin. . . “ akhirnya ku berteriak sekeras mungkin, dan mungkin teman-teman terkejut dan merasa takut padaku. Tingkahku mungin seperti orang kerasukan setan, tapi apa dalam diriku sekarang tak bisa lagi ku tahan. Kembali ku ingat masalahku, dan air mataku harus keluar di depan teman-temanku.

Tak lama kemudian, Ibu Delvia datang menenangkanku, tak seperti teman-temanku yang dari tadi menenangkanku tapi aku malah makin gelisah, tapi kedatangan Ibu De begitu cepat menenangkanku, hanya beberapa saat aku kembali menangis, mungkin kantong air mataku telah begitu penuh dan sekarang saatnya dia melebur keluar.

“Ovi, sabar nak! Sekarang lepaskan semuanya, tenangkan diri kamu! Lepaskan semua beban yang ada, jangan ditahan, keluarkan semuanya!” ujar Bu De

Ucapan halus dari Ibu Delvia mampu menerawangku dan masalahku. Sementara teman-teman yang berada disampingku tak lagi ku dengar suaranya. Lalu akhirnya teman-teman pergi ke kelas karena bel masuk telah berbunyi, begitu juga Ibu De, beliau juga pergi meninggalkanku sendiri dengan tangisan di ujung dipan tempat ku bersandar kini. Namun, tidak beberapa saat kemudian Ibu Novi datang menawarkanku teh, tapi ku menolak, meskipun ku tolak, tapi Ibu Novi tidak meninggalkanku, malah beliau mau menemaniku dan mengetahui kegelisahanku, aku memang tidak mampu menyembunyikannya sendiri di hati kecilku ini, dan kemudian aku mengatakannya semua kepada beliau sampai usai.

“Kalau memang begitu Ovi, kamu lebih baik menenangkan pikiranmu, hal ini jangan terlalu memforsir waktu dan pikiranmu! Kamu masih muda, banyak hal lain yang harus kamu pikirkan selain masalah orang tua ini, biarlah ibu yang bertanggung jawab untuk uang sekolahmu semester ini, yang jelas tabah, sabar, ada jalan keluar di balik semua ini, ibu keluar dulu ya!” ujar Ibu Novi

“Alhamdulillah ya Allah, engkau menitipkan jalan keluar itu melalui Ibu Novi, terima kasih ya Allah!” syukurku dalam hati

Aku bahagia, satu masalah telah keluar dari anganku, dan Bapak tidak begitu berat memikirkan uang sekolahku, aku bersyukur sekali.

Tak lama setelah itu, seluruh isi kelasku datang menjengukku, tidak ku sangka mereka masih ingat padaku di saat rawan seperti ini. Mereka menghiburku, Aira, Livi, Nifa, Harry, Zodi, Keisya, semuanya datang menemaniku, aku bersyukur telah diberi kesempatan memiliki mereka, bercerita atas semuanya, mendengar konflik di hatiku. Yach. . . semua yang kupikirkan semula tidak terbukti apa-apa.

“Tu makanya, segala masalah itu jangan dipendam! Kita semua ada kok buat kamu Vi, kita semua kan udah kayak saudara, jangan sungkan untuk bercerita pada kita-kita. Kita semua kan satu. ONE HEART.” Kata Nifa

Sejak itu, aku memutuskan untuk terbuka pada teman-teman dan sahabat-sahabatku, memang tidak baik menyimpan masalah itu sendiri.

Sepulang sekolah, ku mendapati sms dari Dyan,

“Vi, besok loe dapet kerja di rumah tante gua, pekerjaanya nggak begitu sulit kok, nyucinya peke mesin cuci, langsung digosok, gajinya lumayan kok 100.000 per bulan kerja jum’at, sabtu, minggu.” Ujar Dyan melalui sms itu.

Wahh. . . ini berita luar biasa, aku begitu senang, terima kasih ya Allah, terima kasih Dyan, terima kasih Sparasbi. Berita ini langsung ku beritahu Aira yang ada di dekatku yang kutemani mencari tugas fisika di internet, dia juga senang, dan akhirnya dia mengajakku pergi naik motornya ke tempat-tempat yang indah, hijau, tidak pernah kunikmati sebelumnya. Mungkin maksudnya untuk melepaskan segala masalahnya, segala kepenatan hati di salah satu sisinya, tapi ini sekaligus melepaskan semua dari tiap masalahku melalui angin yang menyejukkanku.

Oleh: Ayu triana

Antara Aku, Dia, dan Kiona

Hari rabu ini adalah bulan ke-3 jadinya antara Alvio dan Prins. Seorang Prins g’ kan mampu melepas cewek 16 tahun seperti Alvio dengan mudah, apalgi berpaling kepada cewek lain, tapi sayangnya isu-isu kalau Prins selingkuh kini sudah terdengar sampai ke penjuru telinga Alvio. Mungkin Alvio tidak semudah itu untuk percaya, tapi lama kelamaan berita itu kian membakar di telinga Alvio.

“Al, loe masih g’ percaya ma gue?” tanya Izal sahabatnya

“Izal, berapa kali harus gue bilang sih sama loe, gw g’ akan percaya sampe ada buktinya!” jawab Alvio

“Yach loe Al, oke deh gw juga g’ mau manas-manasin low tiap hari, tapi asal loe tau aja, nanti lihat FB nya Prins, di wallnya ada komentar yang isinya menyangkut tentang Kiona, terus yang kedua biasanya mereka sering ngomong beduaan mesraaaaaaaaaa banget di bawah pohon deket taman sekolah pas istirahat ke-2!”ujar Izal tegas

“Udah Zal! Makasih ya udah perhatian ma gw, tapi lebih baek loe balik kanan dan duduk di bangku loe, Bu Nani bentar lagi masuk!”serunya sambil membereskan benda-benda di atas mejanya

Seminggu kemudian Prins melakukan kesalahan yang amat fatal bagi hubungannya dengan Alvio. Sampai akhirnya Alvio berhenti untuk mempercayainya, dan meminta putus. Tapi sayangnya Prins g’ punya nyali apa-apa selain minta maaf tanpa memberi bukti pada Alvio yang jelas mengharapkan hal itu.

“Gw g’ ngerti ama Prins yang sekarang? kenapa hal ini benar-benar terjadi? Kenapa Kiona masuk dan ngancurin hubungan antara gw dan Prins!”kata-kata itu sering terlontar dalam hatinya yang meminta agar semua yang telah terjadi adalah mimpi buruk baginya. Tapi sayangnya itu bukanlah mimpi buruk, ini adalah realita sebenarnya. Prins yang ia kenal telah berubah. Prins yang sekarang adalah cowok kecut yang suka nebar pesona kemana-mana. Alvio pun menyesal karena telah terjebak dengan ikatan yang pernah diberikan Prins padanya.

“Zal, bener semua yang loe katakan ma gw slama ini, gw yang bodoh karena g’ percaya sama sahabat gw sendiri, Prins benar-benar selingkuh sama Kiona, gw kecewa banget ma dia!” ucap Alvio separuh menitipkan sedihnya pada Izal

“Tuch kan, emang begini akhirnya, seandainya loe tau dari awal, loe g’ akan sesedih ini Al! tapi emang g’ ada yang mesti disesali, jangan mikirin banci itu lagi, bangkit Al! loe pasti bisa!” ungkap Izal sepenuh hati menyeru agar Alvio semangat lagi

Ya. . . Alvio memang berusaha melupakan seorang Prins yang sekarang menjadi orang asing bagi dirinya. Dan kini, Alvio didekati oleh seorang cowok bernama Willy, anaknya baik, juga perhatian, selama ini dia selalu nanyain kabarnya Alvio, nunjukin perhatian yang lebih sama Alvio seorang siswi dengan peringkat 5 besar di SMA Bhakti Nusa itu. Tapi lama kelamaan hal itu berlanjut, diam-diam Kiona juga mendekati Willy. . .

“Al, Al lihat itu Kiona kan? Ngapain dia jalan ma Willy, dia jadian ma Willy? Tapi kan selama ini Willy PDKT nya kan ma loe Al!” ucap Izal menanyai Alvio

“Gw g’ tw Zal, tapi kayaknya iya mereka berdua jadian!” jawab Alvio setengah tidak percaya melihat apa yang ditatapnya menyatu dengan cewek yang juga pernah menyakitinya dengan merebut Prins dari hidupnya dan kini juga merebut Willy yang mungkin juga menagmbil satu dari sisi hatinya

“Al, loe g’ papa kan? Dugaan loe pasti salah, selama inikan Willy baik banget ma loe, apa-apanya ditanyain diperhatiin, dan gw nyangka bentar lagi dia bakal nembak loe Al!” sambung Izal mencoba menenangkan hati Alvio

“Itu semua bukan alasan Zal, mungkin memang itulah Willy, mungkin dia memang perhatian kepada semua wanita, tapi cewek yang disukainya itu bukan gw Zal, py Kiona! Gw aja yang selama ini berharap ada yang bisa gantiin Prins dengan keberadaan Willy, tapi gw salah banget!” katanya menekurkan kepala mencoba mencari satu bingkisan bahagia

“Tapi Al!” sambung Izal

“Gw sedih, sekarang gw cumin pingin jawab pertanyaan gw sendiri kenapa semuanya harus ada Kiona? Dan jawabannya adalah waktu, biar waktu yang menjawab semuanya, apa yang sebenarnya yang diinginkan Kiona ma gw hingga semuanya harus disangkutpautkan dengan dia, dan gwakan coba buat nunggu kiriman pesan dari waktu yang dapat menjelaskan semuanya. . .”kata Alvio penuh gundah

“Al. . .”ujar Izal

“Udah dech kita masuk kelas yuk!” serunya pada Izal meninggalkan temapt kukuhan kakinya saat itu

to be continue. . .

ANDREA

Angin meniupkan nafasnya malam itu, dinginnya malam menusuk kalbu Andrea, saat dia duduk dihamparan yang tinggi memandang alam di bawahnya, dengan lampu lalu lintas yang silih berganti warna, begitu juga lampu kendaraan dan suaranya yang memecah suasana malam yang tenang. Waktu yang berputar begitu cepat mengingatkan dirinya pada sosok seorang yang sangat dirindukannnya yang kini tlah tiada, teringat masa lalunya saat berkumpul bersama keluarganya yang kini pasti berkumpul di suatu tempat yang tak sama.

Suatu pagi…

Fabian : Adikku yang cantik, bangun! (Menarik selimut adiknya yang masih tertidur lelap)

Andrea : Ahhhh… (Dengan suara memelas) masih pagi kak.

Fabian : Pagi apanya? Udah jam 7 tau!!!!!!!!!

Andrea : Apa? (Melotot) waduw telat dong…haaaaaaa (Berlari mengambil handuknya dan bergegas ke kamar mandi di seberang tempat tidurnya)

Saat Andrea masuk ke kamar mandi, Fabian tertawa terkikih-kikih karena berhasil mengerjai adiknya. Mendengar suara itu, Andrea menghentikan langkahnya sejenak dan melihat kakaknya yang tidak henti-hentinya tertawa.

Andrea : Kak, kakak kenapa?

Fabian : hahahahahaha (Masih tertawa) ini masih jam setengah 6 dek! Hahahahaha

Andrea : Hah? (Melihat jam wekernya yang berada di sisi tempat hempasan tubuhnya) kakak ngerjain aku ya? Kakak? (Memukul kakaknya keras-keras sampai kakaknya merintih kesakitan) Kalo gitu lebih baik aku tidur lagi. Kakak gak asik deh.

Fabian : Tidur lagi? Gak diizinin. Dasar pemales.

Andera : Apa?

Fabian : Pemales, jadi cewek kok persis cowok sih? Kakak aja yang cowok udah selesai ngerjain tugas cewek, meskipun cuman bantuin bibik.

Andera : Kakak nyindir aku ya?

Fabian : Menurut kamu? Kalo kamu mau menjadi kebanggaan mami papi, tunjukin dong sama mereka, sana mandi!

Fabianpun keluar dari kamar adiknya menuju ke kamar sebelah yakninya kamar pribadinya, sementara Andrea yang tanpa kehendak hatinya berjalan menuju kamar mandi.

Tak lama sesudah itu, selesai Andrea mandi, Fabian membawa perkakas-perkakas yang keliatannya baru dibelinya, Andrea kebingungan dan mencoba bertanya.

Andrea : Apaan tuh kak?

Fabian : Ini? (Balik bertanya) Ini barang-barang cewek, kemarin kakak beli ditemenin sama kakak iparmu.

Andrea : Sama Milka? (Berbicara tanpa ekspresi apapun, seolah-olah tidak suka)

Fabian : Siapa lagi kalau bukan dia, pacar kakak yang tercinta kan cuma dia

Andrea : Ih Lebai Deh

Fabian : Kok kamu ngomong kayak gitu? Cemburu ya, karna kakak dekat ma dia

Andrea : Biasa aja deh kak! Dari awal Andrea kan emang nggak suka ama dia, kakak aja sih yang nggak mau peduli, slalu aja ngebanggain dia di depan aku

Fabian : Kamu ngomong apa sih ndre?

Andrea : Udah deh kak! Andrea capek ngomong ma kakak

Fabian hanya tercengang melihat tingkah dan perkataan Andrea yang tidak menyukai kehadiran pacarnya, tapi Fabian mengerti, meskipun nanti ada cewek lainpun pasti Andrea juga tidak akan menyukainya. Karena dia hanya ingin perhatian kakaknya hanya pada dirinya, karena orang tua mereka kini tlah tiada.

Keesokan harinya di kampus Fabian. Fabian sibukl mencari keberadaan Milka yang belum dilihatnya dari tadi pagi. Lalu Fabian menanyai sahabat Milka yang bernama Rivi.

Fabian : Vi kamu lihat Milka nggak?

Rivi : Nggak tuch Bi, tapi mungkin dia ada di ruangan senat!

Fabian : Oh iya, Oke deh Vi gue cari disana, thanks ya

Rivi : Ya sama-sama

Di ruangan senat…

Reza : Hati-hati Mil, nanti loe jatoh!

Milka : Udah tenang aja! (Memasang spanduk dengan menaiki tangga) Aw…(Terjatuh dan segera jatuh di pangkuan Reza)

Merekapun saling menatap begitu lama, sesaat kemudian Fabian datang. Melihat kejadian itu Fabian langsung berteriak.

Fabian : Milka, Reza, kalian!

Rezapun sentak menurunkan Milka dari pangkuannya.

Reza : Fabian!

Fabian : Apa-apaan kalian?

Milka : Ini nggak seperti yang loe lihat Bi (Mencoba menjelaskan)

Reza : Ya Bi

Fabian : Diem loe Za! Tega ya loe nyakiti gue, mau loe apa sih (Menarik krah baju Reza, sehingga Reza terperanjat ke atas) Pengkhianat loe Za

Reza : Tenang Bi, tenang!

Fabian : Melepaskan Reza sehingga Reza terdampar di bawah kaki Milka)

Milka : Loe nggak papa kan Za, Bi dengerin penjelasan gue dulu?

Fabian : Arghhhhh…(Pergi dari tempat itu, dan Milkapun menolong Reza)

Milka : Loe nggak papa kan Za?

Reza : Gue nggak papa kok Mil, sana kejar Fabian jelesin ma dia yang sebenarnya, jangan biarkan dia salah paham!

Milka : Tapi loe gimana Za?

Reza : Gue nggak papa kok Mil, cepet sana pergi!

Milkapun segera pergi, menyusul Fabian yang menuju gedung aula yang berada di tingkat 5 kampusnya. Sesampainya di tempat itu, Milka melihat keberadaan Fabian yang duduk di tepi aula.

Milka : Bi!

Fabian : Tinggalin gue sendiri!

Milka : Ninggalin loe sendiri dengan kesalahpahaman ini, nggak mungkin Bi!

Fabian : Nggak mungkin apa Mil? Udah jelas-jelas gue ngelihat loe pelukan ama Reza, mau jelasin apalagi Mil?

Milka : Yang loe lihat itu semuanya boong, gue tadi tuh jatuh dari tangga, dan Reza nolongin gue, loe salah paham dengan semua ini Bi!

Fabian : Loe beneran Mil?

Milka : Beneran Bi, gue jujur ma loe, sumpah. (Menunjukkan 2 jari nya pertanda ia bersumpah)

Fabian : (Terdiam sejenak dan kemudian berkata) Maaf ya, aku udah salah paham ma kamu dan Reza

Milka : Nggak papa kok Bi, gue ngerti kok…hehehe. Oh iya aku ke bawah bentar ya, ada sesuatu yang mau aku ambil.

Fabian : Apa?

Milka : Ada deh, bentar ya!

Milkapun berlari ke bawah dan mengambil sesuatu dari dalam tasnya, kemudian ia pun berlari lagi ke gedung aula di tingkat 5, tempat tadi ia meninggalkan Fabian.

Milka : Capek juga ya lari ke bawah trus lari lagi ke atas

Fabian : Siapa yang nyuruh kamu lari sayang?

Milka : Ihhh nggak usah ngeledek deh Bi?

Fabian : Iya…iya, apaan tuch Mil?

Milaka : Ini yang aku ambil tadi, buka nih! (Meminta Fabian agar membuka kotak itu)

Fabianpun membuka kotak itu, lalu tersenyum manis. Raut wajahnya yang biasa serius kini seperti salah tingkah.

Fabian : Makasih ya Mil, aku akan make kalung ini seumur hidup aku…

Milka : Sama-sama Bi.

Tak lama setelah ia mengenakan kalung pemberian Milka, Fabian melompat-lompat kesenangan tak henti-hentinya. Milka hanya melihat tingkat pacarnya. Tanpa Fabian sadari, karena dia terlalu senang dengan hadiah yang diberikan Milka, dia terpeleset di tempat ia berada, dan segera jatuh tanpa ada penahan sedikitpun di tepinya. Milka terperanjat kaget, nyawanya seakan pergi dari dirinya. Ia hanya ternganga dan menyadari, bahwa lelaki yang tadinya melompat kegirangan disampingnya, jatuh dari lantai 5 gedung aula tempat kini ia berpijak. Segera dia berlari menuju lapangan tempat Fabian kini tergeletak.

Fabian : Mil…(Suara mendesah)

Milka : Bi, loe harus bertahan, loe nggak boleh cuman sesaat ngenain kalung dari gue Bi, loe harus kuat, loe nggak boleh ninggalin gue sendirian!

Fabian : Gue cuman mau ngomong yang terakhir kalinya ma loe Mil, kalo gue sayanggggggggg banget ma loe, maafin semua kesalahan gue, dan dan tolong banget loe jaga adek gue, karena gue nggak mau lihat dia sendiri tanpa ada seorangpun disisinya

Milka : Nggak Bi, jangan ngomong kayak gitu

Fanian : Demi gue (Dalam sekejab menutup mata dan diam tak berdaya)

Dengan kepiluan hatinya, Milkapun tak kuasa menahan butiran suci dari matanya yang berupa indah, lalu mengalir melewati daratan halus di wajahnya. Fabian meninggal, diapun dibawa ke rumah sakit tak jauh dari kampus. Berita duka itu langsung disampaikan oleh Milka kepada Andrea melewati handphone.

Milka : Andre! (Dengan suara terisak tangis)

Andrea : Ada apa kak? Kenapa nangis (Merasa kebingungan)

Milka : Fabian Ndre!

Andrea : Kak Fabian? Kak Fabian kenapa?

Milka : Fabian kecelakaan

Andrea : Apa? (Menganga dan tak dapat berkata apa-apa)

Milka : Fabian kecelakaan, dia jatuh dari gedung aula kampus di tingkat 5 Ndre…

Andrea : Apa? Sekarang keadaan kak Fabian gimana kak? Dia nggak apa-apa kan? (Dengan rasa cemas)

Milka : Fabian…

Andrea : Kak Fabian kenapa kak? Jangan bikin Andrea cemas?

Milka : Fabian….Fabian meninggal…

Andrea : Apa? (Handphone ditangannya seketika jatuh, hatinya diliputi oleh rasa galau, tubuhnya dingin, wajahnya langsung berubah, air matapun mengucur deras dari pelupuk matanya, Andrea berlutut, karena kakinya tak kuasa untuk bertahan)

Kakak! (Menangis) ini nggak mungkin, ini semua nggak mungkin, ini semua pasti salah…kak Fabian!!!!!!!!! (Berteriak sekencang mungkin)

Andrea dengan langkah berani mencoba untuk pergi ke rumah sakit, setibanya disana, dengan gerakan begitu kaku. Andrea meluruskan kakinya untuk berjalan dengan wajah kebingungan. Tak lama kemudian ia menemukan suasana yang begitu ramai dengan orang-orang yang tak asing lagi baginya, yakninya teman-teman kampus kakaknya. Setibanya disana, ia disambut oleh Milka yang langsung memeluknya.

Andrea : Kak, ini semua nggak benar kan kak? Kak Fabian nggak papakan? (Melepaskan pelukan itu, dan Milkapun mengarahkan matanya ke kamar Fabian)

Dengan langkah ragu-ragu, Andreapun melangkah memasuki kamar itu, dan melihat jenazah kakaknya yang terbujur kaku tidak berdaya, yang diselimuti selimut berkain putih bersih di sekujur tubuhnya. Andreapun tak sanggup lagi berdiri dengan pijakan kakinya yang panjang itu, ia jatuh pingsan tak jauh dari pintu masuk.

Seminggu setelah kepergian kakaknya, Andrea mendengar kabar kalau penyebab kematian kakaknya adalah ulah dari Milka yang ketauan selingkuh oleh kakaknya. Karena berita itulah Andrea enggan menerima kedatangan Milka.

Andrea : Kak, kenapa kakak harus pergi? Sekarang Andrea mesti hidup ma siapa kak? Ini nggak adil kak, kenapa kalian pergi ninggalin aku sendiri? Aku hidup seperti kelinci kecil di hutan berjalan tanpa arah, tidak ada yang datang untuk mengasihi. Semuanya jahat, aku benci ma kalian semua. Ini semua gara-gara Milka, dia nggak pantas buat hidup, dia yang bunuh kakak, nyawa harus dibayar dengan nyawa juga!

Kata-kata itu menjadi bubuk kebencian Andrea terhadap Milka.

Esok harinya di rumah Andrea, Leo pacar Andrea datang mengunjunginya yang selalu cemas atas keadaan Andrea.

Leo : Ndre, loe harus sabar dengan ini semua, kamu harus kuat! (Menenangkan Andrea)

Andrea : Kamu nggak ngerasain gimana aku sekarang Yo? Aku nggak punya siapa-siapa lagi yang nyayangin aku, keluargaku sudah pergi ninggalin aku sendirian. papi, mami, kak Fabian. Sekarang cuman tinggal aku seorang Leo! Aku nggak bisa hidup tanpa mereka, aku mau ketemu ma mereka lagi, aku kangen banget ma mereka (Menangis)

Leo : Sabar Ndre, kamu nggak tinggal sendirian, aku masih ada disini buat kamu, nyayangin kamu, kamu nggak perlu khawatir, bukan cuman kamu, tapi kita! (Memegang tangan Andrea)

Andrea menangis, Leo tak tahan melihat kondisi orang yang begitu ia dikasihi dan disayanginya menangis pilu seperti itu, dan akhirnya Leo memeluknya.

Keesokan harinya, Andrea memutuskan untuk pergi keluar rumah untuk yang pertama kalinya setelah kepergian kakaknya, dia pergi ke swalayan untuk berbelanja. Tapi setibanya disana, Andrea melihat Leo bersama gadis yang tidak asing lagi baginya “Milka”

Andrea : Milka? Leo? Kalian? (Terkejut setengah mati)

Andreapun mendekati keberadaan Milka dan Leo, dan pada akhirnya Milka menampar wajah Milka yang tadinya akan menaiki sepeda motor milik Leo.

Andrea : Kenapa sih loe? Kenapa loe selalu ngerebut orang yang gue sayang? Loe tlah bunuh kak Fabian, sekarang loe mau ngambil satu-satunya orang yang gue milikin, dendam apasih loe ma gue Mil?

Leo : Andrea, kamu ngomong apa? (Dengan nada membentak)

Andrea : Kamu pembohong Yo! Kemarin kamu bilang kamu akan ada buat aku, tapi…apa buktinya? (Membalas bentakan Leo dengan nada yang sama)

Leo : Tenang Ndre, loe salah paham, Milka ini kakak aku, dan kamu tlah nyakitin dia. Dengerin gue Ndre, kak Fabian pergi bukan karena kakak gue yang mau nyelakain dia, tapi ini semua adalah takdir hidup dia…

Andrea : Diem loe Yo! Jadi selama ini loe adalah adiknya Milka, Milka cewek munafiq yang tlah khianatin kakak aku, sampe dia meninggal. Milka yang bikin gue tinggal dan hidup sendiri di dunia ini, gue benci ma loe Milka. Loe nggak tau betapa sayangnya kakak gue ma loe, yang slalu muji-muji loe di depan gue. Tapi kenapa? Kenapa loe lakuin ini semua? Dan sekarang gue sangat sangat ngebenci loe! Dan nggak terkecuali loe Yo, adik seorang pembunuh…

Leo : Andrea…loe pikir dewasa dong Ndre…kak Fabian jatuh dari aula kampusnya, itulah penyebab meninggalnya kakak loe! (Meyakinkan Andrea)

Andrea : Cukup Yo! Emang kakak gue meninggal gara-gara jatuh dari aula kampus, tapi awal dari itu semua karena kak Fabian ngelihat kalo kakak loe yang super duper ini selingkuh, makanya kak Fabian marah-marah ma kakak loe ini sampe pada akhirnya dia jatuh dan langsung meninggal…ulah siapa lagi hah?

Milka : Kamu salah anggapan Ndre, gue emang salah waktu itu, tapi gue nggak selingkuh, waktu itu Reza cuman nolongin gue karena jatuh dari tangga, mungkin keliatannya pelukan, tapi sebetulnya nggak Ndre, dan yang paling penting gue mau jelesin sama kamu, Fabian waktu itu seneng banget karena gue ngasih hadiah yang pertama kalinya ma dia, lalu dia ngelompat-lompat kegirangan, sampe-sampe dia kepeleset, dan jatuh.

Leo : Tolong maafin kakak gue Ndre! Gue mohon! Demi gue!

Andrea : Demi loe? Nggak akan pernah Yo! Gue nggak akan pernah mau maafin orang yang tlah bunuh kakak gue..

Leo : Tapi gimana dengan gue?

Andrea : Pergi dan nggak usah kembali lagi!

Setelah ucapan itu, Andrea langsung melarikan diri dan berlari secepat mungkin, dengan air mata yang terus mengalir. Sampai dia tiba di bawah pohon di taman dan duduk disana.

Andrea : Kak Fabian, selama ini Leo adalah adik dari orang yang ngebunuh kakak

Pilunya hati Andrea membuatnya jatuh ke dasar hati yang paling dalam, malam harinya dengan hatinya yang masih berkabut, Andrea memutuskan untuk pulang dari taman itu, tanpa ada rasa takut sedikitpun, dan akhirnya dia sampai di rumahnya.

Sesampainyua di rumah, Andrea disambut oleh satpam dan pembantunya yang tlah cemas menununggu kehadirannya dari tadi siang.

Bibik : Aduch Non, Non darimana saja, bibik cemas sekali atuch Non!

Andrea : Aku dari taman bik, ya udah deh bik, Andrea capek banget, Andrea istirahat dulu ya!

Bibik : Makan dulu Non!

Andrea : Nggak deh Bik, makasih!

Setibanya di kamar, Andrea menghempaskan tubuhnyua ke tempat tidurnya. Teringat baginya kalau dulu kak Fabian selalu membangunkannya, air matapun mengucur dengan indah di pipi Andrea hingga ia terlelap tidur. Dalam tidurnya Andrea bermimpi, ia bermimpi dengan seorang yang sangat dirindukannya yakninya Fabian.

Fabian : Andrea! Kenapa kamu selalu bersedih sayang? Kamu nggak perlu mencemaskan kakak, dan kamu nggak perlu membenci Milka, dia nggak pernah bersalah atas kematian kakak, apa yang dikatakannya memang benar, dan kamu harus percaya!

Andrea : Tapi kak, dia yang membuat kakak meninggal…

Fabian : Kakak jatuh bukan karena kesalahan dia Ndre. Tapi memang itulah waktunya kakak pergi.

Andrea : Nggak kak, nggak!

Fabian : Andrea!!

Andrea : Enggakkkkk (Andreapun terbangun)

Kak Fabian!!! Mimpi apa aku barusan? (Bingung)

Pagi itu, Andrea memutuskan untuk berangkat ke sekolah yang sudah lama sepi tanpa kehadirannya. Sesampainya di sekolah, Andrea disambut oleh para sahabatnya. Memang Andrea adalah sosok wanita yang hampir sempurna, sebelumnya ia dikenal dengan sosok yang periang, cerdas, dan mudah bergaul, ditambah lagi dengan rupanya yang elok.tapi, kini semuanya seperti memudar, Andrea cenderung diam dan tertutup, tidak seperti Andrea yang dulu lagi, mungkin karena hidupnya yang kini hanya sebatang kara.

Pada jam istirahat…

Vierza : Ke kantin yuk Ndre! Kita-kita kangen nih maken bareng ma loe, yuk!!!!! (Menyeret Andrea, yang keliatan tidak bersemangat)

Andrea : Maafin gue ya teman-teman, gue lagi nggak pingin makan, kalian aja ya! (Suara melemas)

Azkia : Yah loe Ndre, padahal kita-kita pengennnnn banget maken bareng ma loe! (Kecewa)

Andrea : Next time aja ya! Gue disini aja!

Naura : Ya deh Ndre, kita pergi duluan ya!

Sahabat-sahabat Andreapun pergi meninggalkannya sendiri di kelas. Dalam kesendiriannya itu, Andrea kembali tertidur, dan dalam tidurnya, Andrea kembali bermimpi, mimpi yang sama yakni bersama kakaknya.

Fabian : Andrea…andrea…kakak sedih sekali melihat kamu kayak gini. Kamu ngebuat kakak nggak tenang disini. Kamu ngebuat sahabat-sahabat kamu kecewa Ndre. Ayolah kembali ke Andrea yang dulu! (Memegang pundak Andrea)

Andrea : Gimana Andrea bisa kembali kayak dulu lagi kak? Sekarang semuanya udah sangat berbeda. Tanpa orang yang menyayangiku

Fabian : Kamu salah besar Ndre, Leo masih menyayangi kamu. milkapun masih mengharapkan maaf kamu, masih ada sahabat-sahabat kamu…Andrea…Andrea….

Leo : Andrea…Andrea…bangun! (Leo menepuk pundak Andrea agar dia bangun)

Andrea : (Mengusap matanya) Leo! ngapain kamu disini?

Leo : Aku kangen banget ma kamu Ndre!

Andrea : Aku nggak…

Leo : Aku nggak peduli, kalau kamu ngejawab apapun ma aku. Tapi Ndre aku pengen baikan lagi ma kamu…

Andrea : Nggak mungkin, kamu nggak tau betapa bencinya aku sama Milka?

Leo : Tapi kenapa kamu juga ngebenci aku Ndre?

Andrea : Karena kamu adiknya

Leo : Lalu, apa yang mestinya aku lakuin, buat ini semua Ndre?

Andrea : Pergi dan jangan pernah kembali lagi!

Leo : Baik Ndre, kalau memang itu yang kamu inginkan, selamat tinggal Ndre. Aku akan tetap menyayangimu (Pergi meninggalkan kelas Andrea dan Andrea kembali sendiri dalam keheningan kelasnya)

Seminggu kembali berlalu, permintaan Andrea terhadap Leo dikabulkan sepenuhnya oleh Leo. Leo memang nggak pernah kembali lagi setelah Andrea mengajukan permintaannya. Karna itu, Andrea kembali dihimpun dengan perasaan sedih dan sepi yang sama. Dan di setiap tidurnya dia selalu diiringi bersama mimpi bersama kakaknya Fabian, yang selalu meminta agar memaafkan Milka dan kembali bersama Leo dan ditiap mimpi itu ia selalu menolak akan permintaan kakaknya.

Esok paginya Andrea mendapat telephone dari Milka, dan Andrea slalu mereject panggilan itu…

Andrea : Ngapain sih nih cewek nelphone aku trus, udah direject berulang kali teteppp aja kekeh nelphone aku, dasar nggak punya malu banget nih cewek…

Untuk panggilan yang selanjutnya, Andrea mencoba mengangkatnya.

Andrea : Ngapain sih loe, nelphone-nelphon gue? Ganggu tau nggak?

Milka : Maaf Ndre kalau aku ganggu kamu, tapi ini penting banget Ndre…(Dengan suara ketakutan, cemas, dan kaku)

Loe boleh benci ma gue dan nggak mau maafin gue, tapi gue mohon agar loe mau datang kesini!

Andrea : Buat apa? Ngabisin waktu

Milka : Leo Ndre, Leo…

Andrea : Ada apa dengan Leo? Bunuh diri karena punya kakak pembunuh kayak loe, atau kabur dari rumah karena nggak sanggup hidup sama pembunuh? (Berbicara tanpa memikirkan akan tersinggungnya perasaan Milka)

Milka : Leo koma Ndre!

Andrea : Apa? (Terkejut)

Milka : Mungkin dia mengharapkan kehadiranmu Ndre, tolonglah datang kesini!

Andrea : Gue sibuk…

Milka : Gue mohon Ndre, gue mohon, apapun akan gue lakuin supaya loe mau datang kesini, meskipun hanya beberapa saat!

Andrea : Maaf aja ya, mungkin ini karma bagi loe, gimana rasanya loe hampir kehilangan orang yang loe sayang…(Dengan nada mencemooh)

Milka : Andrea…

Andrea : Udah????????

Milka : Kalau loe mau dengan rendah hati, datang kesini Ndre, RS Media

Andrea langsung memutuskan panggilan itu, tapi sayangnya apa yang dikatakannya kepada Milka barusan tadi, tidak sesuai dengan permintaan hatinya. Sesungguhnya perasaan Andrea begitu sakit ketika mendengar berita itu, dia merasa aneh terhadap dirinya sendiri, apa yang ia rasakan tidak sanggup ia tafsirkan maknanya.

Andrea : Kenapa perasaan gue kayak gini? Apa karena berita dari Milka barusan? Tapi…ini semua pasti nggak mungkin, Leo pasti cuman mau ngerjain gue supaya bisa balikan lagi ma gue…tapi perasaan gue emang beda, ada apa ini?

Tanpa ragu lagi, Andrea mengangkat tubuhnya dan membawa tas beserta handphonenya dan bergegas pergi, langkah kakinya menorehkan kalau dia ingin pergi ke RS tempat kini Leo dirawat. Sesampainya di tempat itu, alangkah terkejutnya Andrea ketika melihat keberadaan Leo yang tidak sadarkan diri, dengan juluran tali infus beserta teman-temannya yang melekat di sekujur tubuh Leo. Linangan air mata tergenang di mata Andrea, sekejab kemudian meluap dengan mantap di alur wajahnya. Tak lama kemudian Andrea dikejutkan dengan tamparan halus di pundaknya, Andrea langsung menghadap ke arah tersebut, ternyata itu Milka, dan Milka segera memeluknya.

Milka : Makasih ya Ndre, karena loe mau dateng kesini. Gue seneng banget…

Andrea melepaskan pelukan itu, dan langsung melarikan diri.

Milka : Andrea…. (Berteriak sekencang mungkin, dan Andrea pun juga berlari sekencang mungkin)

Setibanya di lift, Andrea memutuskan untuk tidak segera pulang, dan memutuskan untuk pergi ke puncak RS, karena dalam benaknya begitu banyak beban yang ada di pangkuannya dan ingin membebaskan hal itu bersama angin disana.

Di tempat itu, Andrea pun menangis, air mata itu mengucur tiada habisnya…

Andrea : Kenapa begini, kenapa?

Orang yang aku sayangi perlahan-lahan meninggalkanku, kenapa dunia sekejam ini, hidup sendiri tanpa kasih sayang dari orang yang kusayangi, ini nggak adil…

……….. : Kamu nggak pernah sendiri, semua orang yang menyayangimu selalu ada buat kamu, slalu memberikan cinta itu…lihat aku disini Andrea!!! (Tersenyum dan melambai-lambai kepada Andrea)

Andrea mengahadapkan dirinya ke arah suara itu, suara yang tlah lama ia rindukan, suara yang slalu membuatnya teringat masa-masa bahagia yang dulu dirasakannya tapi yang kini ada hanya sepi. Alangkah kagetnya Andrea saat itu, ternyata suara itu adalah Fabian.

Andrea : Kak Fabian (Berlari ingin memeluk sosok itu, tapi usaha itu tidak berakhir sempurna seperti yang ia inginkan, sosok itu hanya bayangan, yang tak bisa dia peluk)

Fabian : Maafkan kakak Ndre, kakak sebenarnya ingin sekali memeluk kamu, tapi kakak bukan manusia lagi, kakak kesini hanya ingin kamu mengerti, kakak begitu sedih dengan kondisi kamu yang seperti ini

Andrea : Maafkan aku kak!

Fabian : Ini bukan salah kamu, ini semua salah kakak yang meninggalkan kamu dengan kesalah pahaman seperti ini. Tapi, tolonglah buka hati kamu untuk menerima Milka dan Leo kembali. Dan untuk sekarang, selamatkanlah Leo, jangan biarkan dia pergi dan hilang!!!

Andrea : Kakak!

Fabian : Segeralah Andrea! Hanya kamu!

Bayangan Fabianpun perlahan menghilang, Andrea tersadar bahwa apa yang dilihatnya adalah nyata. Dengan semangat yang bekorbar, Andrea kembali berlari menyusuri lorong-lorong RS menuju kamar Leo. dan pada akhirnya dia tiba, Andrea memasuki kamar itu, dan duduk di kursi penunggu, dan tak lama kemudian memegang tangan Leo dan berkata…

Andrea : Leo…ini aku Andrea! Maafin gue atas kesalahan gue, gue salah besar karena menduga hal yang belum pasti, nuduh Milka yang telah bunuh kak Fabian dan ninggalin kamu karena kamu adalah adiknya Milka. Maafin aku Leo, loe harus maafin gue! Loe nggak boleh ninggalin gue sama kayak keluarga gue yang ninggalin gue. Hanya loe seorang yang tersisa buat ngedampingin gue Yo! Bangun Yo! Bangun! Gue sayang ma loe! (Andrea meneteskan air matanya dan menidurkan kepalanya di atas dada Leo yang masih terbujur koma tak sadarkan diri itu)

Pembicaraan Andrea tersebut, ternyata di dengar oleh Milka yang sengaja berdiri di belakang pintu. Milka tidak mau masuk karena ia takut jikalau nantinya Andrea kabur lagi.

Beberapa setelah itu, tanpa disadari oleh Andrea, tangan Leo bergerak perlahan, Andreapun menegakkan kepalanya tadi dan tersentak kejut melihat kejadian yang sangat dinantikannya…

Andrea : Leo!!!!!!!!! (Suara lembut)

Leopun dengan perlahan membuka matanya yang juga basah seperti halnya Andrea, karena selama Andrea menangis, Leo juga ikut menangis sama seperti Andrea.

Andrea : Leo…(Kembali meneteskan air matanya)

Leo : Andrea!

Andrea : Leo…(Memeluk Leo)

Leo : Andrea, jangan nangis. Aku nggak mau hal yang pertama aku lihat setelah aku bangun adalah tangisan kamu, tapi senyum kamu!

Andreapun terpaku dalam pelukannya, dia menangis sepuasnya, dia begitu menyesal dengan perilakunya selama ini.

Leo : Andrea berat nih…

Andrea : (Melepaskan pelukannya dan kemudian merengut)

Leo : Becanda kok!!!

Andrea : Jangan tinggalin aku ya Yo!

Leo : Maaf aku ya Ndre!

Andrea : Maaf untuk apa? Kamu beneran mau ninggalin aku!

Leo : Maaf karena aku ingin banget ninggalin tempat ini, dan segera ingin menghabiskan waktu bersamamu

Andrea tersenyum, wajahnya kembali berseri setelah lama wajah itu memudar…

Dan Milka dengan gagah berani, untuk masuk ke kamar adiknya dan berkumpul disana, dan Andrea menyambutnya dengan senyuman…. . .

Meneladani dari Beberapa Akhlak Terpuji Masyarakat Jahiliyah

Memang, kita tidak memungkiri bahwa ditengah kehidupan orang-orang jahiliyah terdapat hal-hal yang sangat hina, amoralitas dan masalah-masalah yang tidak bisa diterima akal sehat dan tidak disukai manusia tapi meskipun begitu, mereka masih memiliki akhlak-akhlak terpuji, mengundang kekaguman manusia dan simpati. Diantaranya akhlak-akhlak itu ialah :

1) Kedermawanan.

Mereka saling berlomba-lomba dan membanggakan diri dalam masalah kedermawanan dan kemurahan hati. Bahkan separoh dari syair-syair mereka bisa dipenuhi oleh puji-pujian dan sanjungan terhadap kedermawanan ini.

Adakalanya seseorang didatangi tamu yang kelaparan pada saat hawa dingin menggigit tulang, sementara saat itu dia tidak memiliki kekayaan apapun selain seekor unta yang menjadi penopang hidupnya. Namun rasa kedermawanan bisa menggetarkan hatinya, lalu dia bangkit dan menghampiri unta satu-satunya itu dan lalu menyembelihnya agar dia bisa menjamu tamunya tersebut. Pengaruh dari kedermawanannya ini, mereka bisa menanggung pembayaran denda yang jumlahnya sangat tinggi dan membuat mata terbelalak. Sehingga tidak jarang hal ini justru menumpahkan darah dan menyebabkan kematian pada orang.

Diantara pengaruh kedermawanan ini, mereka bisa merasa bangga karena minum khamar. Bukan karena meminumnya itu, tetapi karena hal itu dianggap sebagai salah satu cara untuk menunjukkan kedermawanan dan merupakan cara paling mudah untuk menunjukkan pemborosannya. Maka tidak heran mereka menyebut pohon anggur dengan nama al-karam (kedermawanan), sedangkan khamar yang dibuat dari buah anggur disebut bintul karam (Putri Kedermawanan).

Antarah bin Syaddad Al-Absyi melukiskan dalam syair-syairnya :

“Telah ku minum regukan-regukan arak

Setelah terlewati siang hari yang terik

Didalam gelas kaca berwarna kuning kemilu

Bertabur bunga-bunga indah yang memukau

Kehormatanku juga tidak ku hirau

Kurelakan harta kan musnah jika ku minum arak

Kehormatanku yang tinggi tiada kusimak

Jika tak mabuk tiada ku sia-siakan undangan

Karena ku tahu sifatku yang dermawan"

2) Memenuhi Janji

Dimata mereka, janji sama dengan hutang yang harus dibayar. Bahkan mereka lebih suka membunuh anaknya sendiri dan membakar rumahnya daripada memungkiri janji.

3) Kemuliaan jiwa dan keengganan menerima kehinaan dan kelaliman

Akibatnya, mereka bersikap berlebih-lebihan dalam masalah keberanian, sangat pencemburu dan cepat naik darah. Mereka tidak mau mendengarkan kata-kata yang menggambarkan kehinaan dan kemerosotan, melainkan mereka bangkit menghunus pedang, lalu pecahlah peperangan.

4) Pantang mundur

Jika meraka sudah mengingikan sesuatu yang disitu ada keluhuran dan kemuliaan, maka tak ada sesuatupun yang bisa menghadang atau mengalihkannya.

5) Kelemahlembutan dan suka menolong orang lain

Mereka biasa membuat sanjungan tentang sikap ini. Hanya saja sifat ini kurang tampak karena mereka berlebih-lebihan dalam masalah keberanian dan mudah terseret kepada peperangan.

6) Kesederhanaan pola kehidupan badui

Mereka tidak mau dilumuri warna-warni peradaban dan gemerlap harta. Hasilnya adalah kejujuran, dapat dipercaya, meninggalkan dusta dan pengkhianatan.

Mungkin dari sikap-sikap orang jahiliyah diatas, kita bisa meneladani dari yang segi positifnya. Dan kita tahu, bahwa sikap dari orang-orang jahiliyah tidak sepenuhnya yang buruk dan kotor, bahkan dari mereka masih ada yang berakhlak mulia, dan patut untuk kita teladani.

KisahSeorang Pramuria

Artis : Boomerang

ntro = D F#m G A

D F#m G A
mengapa di dunia ini
D F#m G A
selalu menertawai
Bm F#m G A
hidupku yang hina ini
Bm F#m G A
berteman dengan seorang gadis

mengapa semua manusia
menghina kehidupannya
mencari nafkah di dunia
sebagai seorang pramuria

{*}
Bm F#m
semuanya itu tiada arti bagiku
Bm F#m
kuanggap sbagai penguji imanku
Bm F#m
kiranya tuhan jadi saksi bagiku
G A
betapa sucinya janlinan cintaku

walaupun hinaan itu
ditujukan pada dirimu
namun ku slalu tersenyum
karna cintaku suci padanya

back to {*}

C Em F G
walaupun hinaan itu
C Em F G
ditujukan pada dirimu
Am Em F G
namun ku slalu tersenyum
Am Em F G
karna cintaku suci padanya

Awal & Akhir

note from some people

Mengenai Saya

Search

Blog Archive

Pengikut

Biarlah Angin Membawa Pedihku Pergi

Antara Aku, Dia, dan Kiona

ANDREA

Laman

Meneladani dari Beberapa Akhlak Terpuji Masyarakat Jahiliyah

IBU

KisahSeorang Pramuria